Wednesday 7 October 2020

1 TAHUN TANPA BAPAK

7 Oktober 2019. Tanggal kelam, bulan kelam dan tahun kelam

7 Oktober 2019. Tangisan terdengar, bertubi-tubi tak berhenti

7 Oktober 2019. Ya, salah satu belahan jiwa hilang dari muka bumi. Bapak

 

1 tahun sudah, beliau meninggalkan kami, keluarga kecil yang hidup ditengah desa yang memiliki segudang kasih sayang dan perhatian. Tidak mudah untuk tidak mengingat beliau karena setiap hari, setiap jam, setiap menit kami bertatap muka saling bercengkrama. Ah, ingin menangis rasanya. Hal yang paling di rindukan dari beliau adalah beliau seorang penyabar, lembut, menenangkan, dan yang pastinya connect jika di ajak ngobrol. Sifat tegas nya yang sangat ku takuti membuatku kengen jika mengingatnya. Rasanya baru kemarin aku berbagi kabar via video call waktu di kos. Saat itu tepat sekitar 1 bulan aku di Surabaya. Masih ingat juga ketika beliau mengantarkan ku ke stasiun kereta untuk berangkat menimba ilmu di Surabaya. 1 bulan di Surabaya aku disibukkan berbagai ospek yang melelahkan. Hingga pada akhirnya aku memiliki kesempatan untuk pulang.

24 Agustus 2019 , aku berangkat naik kereta dari Surabaya dengan teman sejurusan yang juga tinggal di Bojonegoro. Tepat pukul 13.00, beliau sudah menungguku di depan stasiun, aku tidak ingat persis pakaian yang dikenakan namun yang ku ingat ketika perjalanan pulang aku memandangi rambut yang dipenuhi uban  dari belakang. Hatiku bergetar, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku memikirkan hal yang tidak pernah ku pikirkan sebelumnya. Cepat-cepat aku membuang pikiran itu. Setibanya dirumah, aku bercerita semuanya kepada beliau, mulai dari aku sakit pas dikos dan berbagai kesibukanku lainnya. disitulah aku merasa tenang. Beliau selalu mendengarkan tanpa menyela pembicaraanku. Hal itu yang kusukai dari Beliau.

25 Agustus 2019, aku kembali ke Surabaya. Hari itu, aku dan temanku tidak mendapatkan tiket kereta sehingga kami berangkat naik bis sore. Sampailah disurabaya sekitar jam 9 malam karena waktu itu di lamongan tedapat perbaikan jalan akbatnya macet. Kami juga harus menaiki  angkot sekitar 1 jam dari terminal. Waktu itu, keluargaku  menjadi panik karena tiba ku terlalu larut. Bapak sampai menelfonku hingga meminta saudara yang ada di surabaya untuk menjemputku. Namun pada akhirnya aku sampai di kos dengan selamat walaupun agak kemaleman.

Aku kembali disibukkan dengan berbagai kegiatan dikampus. Mulai dari ospek yang cukup lama hingga tugas kuliah yang menumpuk. Masih ingat ketika aku bolak-balik fotokopian demi mengerjakan tugas ospek, foto satu persatu dengan teman seangkatan dan itupun harus di cetak lalu di tempel di buku angkatan. Sungguh melelahkan.

7 September 2019, aku mendengar kabar dari Ibu kalau bapak dilarikan ke puskesmas. Aku mulai cemas namun tetap berfikir positif mungkin bapak tak lama akan sembuh. Namun, selang beberapa hari ibu menghubungiku jika bapak dirujuk ke rumah sakit. Aku langsung kebingungan. Mas ku yang waktu itu masih di malang menghubungiku untuk mengajak pulang. Aku lupa tepatnya ditanggal berapa, yang pasti tidak lama setelah mendengar kabar dari ibu, aku dan mas ku langsung berangkat ke Tuban.

Sekitar pukul 3 sore, kami (aku dan mas) sampai di RS. Aisiyah Bojonegoro. Diruangan itu terdapat pakde dan ibu ku. Ketika kami datang, bapak menetaskan air mata, air mata yang baru pertama kali aku lihat. Aku tipikal orang yang menyembunyikan kekhawatiranku kepada keluarga. Aku menghampiri beliau tanpa megucapkan apapun. Hanya memandangi tubuh lemah yang sudah berbaring dikasur. Sampai detik ini pun aku masih tidak percaya, aku menulis tentang cerita bapakku.

Setelah menjenguk bapak selama beberapa hari, akhirnya aku kembali ke Surabaya untuk mengurus terkait perizinan dan lain-lain. Tak lama kemudian aku pulang lagi dan seketika itu aku melihat bapak sudah tidak sadarkan diri. Kritis. Begitu bahasa medis. Aku langsung menangis ditemani pakde ku saat itu. Pakdeku menyuruhku sabar dan tetap mendoakan bapak. Tubuh bapak sudah dipenuhi berbagai alat medis. Melihatnya saja terasa menyakitkan. Hingga 5 hari, bapak  akhirnya siuman. Aku bersyukur mendengar kabar itu dan tidak sabar melihat raut wajah bapak karena aku sudah disurbaya lagi. Setelah siuman, beliau pindah di RSUD. Aku tidak ingat persis beliau diruang apa karena mas dan ibu lah yang paling lama menjaga bapak. Dan itu lah yang aku sesali. Aku tidak berbuat banyak hingga akhir hayat beliau.

Disaat-saat bapak sakit, aku mengalami tekanan mental di kampus. Pikiranku kemana-kemana. Tidak tenang. Masih ingat bagaimana riwehnya bolak balik ke akademik dan bahkan pernah berbohong ke dosen (jangan ditiru :")) untuk mengurus perizinan, sebetulnya aku bisa saja bolos karena ada jatah bolos tersendiri. Namun, pikiran seorang maba waktu itu tidak mau absennya ada keterangan bolos. 

6 Oktober 2020. Aku tidak ingat persis apa yang aku lakukan dihari itu. Tapi yang ku ingat, pada malam hari aku sempat video call dengan adikku yang berkunjung ke rumah sakit. Sebelumnya, aku mempunyai firasat yang tidak mengenakkan. Ketika membaca Al-Qur'an, aku menemui ayat yang artinya "setiap makhluk yang hidup pasti akan mati" intinya seperti itu. Baru lah aku menelfon adikku yang kebetulan dia jenguk bapak. Keadaan bapak waktu itu sudah ngedrop alias kritis.  

7 Oktober 2020. Hari itu aku uts, tepatnya uts akuntansi dasar. Aku mengerjakan soal dengan mudah. Perasaan ku sangat senang. Belum ada firasat lagi dihari itu. Namun ketika sampai kos, aku mendengar kabar dari mbak ku. Dia mengatakan turut berduka cita kepadaku. Aku langsung shock dan tidak percaya. Aku menangis histeris sampai teman sekamarku tidak tega meninggalkanku untuk berangkat kuliah. Lalu datanglah teman samping kamar dan ibu kos yang menenangkanku. Aku menelfon orang-orang rumah dan bertanya apakah benar kabar tersebut. Beberapa lama kemudian alm. Pakde ku datang dan mengantarku pulang ke tuban. Sesampainya dirumah, aku sudah tidak bisa melihat wajah bapak untuk yang terakhir kalinya karena beliau sudah dikebumikan. 

Innalillahi wa innailaihi roji'un.


#7 Oktober 2020

# 22.27 PM

Share:

Friday 2 October 2020

Secuil Kehidupan di Kampus

hai laman blog ku tersayang. 5 tahun kamu bertahan dengan konten yang sama sekali tidak berbobot :")). eh btw kok tiba-tiba author nulis lagi? ngga tau juga sih emang lagi mood aja.

Ini mengenai kehidupanku di organisasi kampus yang aku ikuti sih. aku mengikuti 4 organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. poin masalahnya terletak organisasi ekstra sebut saja ormex. pasti di setiap kampus seluruh Indonesia terdapat beberapa ormex. 

kok topiknya tentang organisasi thor? apa yang menarik coba? ya siapa sih yang mau baca blog ini. eh ngga-ngga wkwkkw. ya tau lah ini blog ngga seperti blog lain yang membahas permasalahan berbobot dengan kalimat yang terstruktur dengan baik. Intinya pengen sharing aja sih  murni hanya mengutarakan pendapat yang aku rasakan. 

Back to topic.

Fyi, aku kutip dari laman Beritasatu.com mengenai Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2018 ormex diperbolehkan masuk kampus dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang ideologi bangsa dan mencegah radikalisme. Dari laman tesebut menjelaskan pula bahwa ormex tidak boleh melakukan "politik praktis" di lingkungan kampus. Btw aku sebenarnya juga tidak tertarik dengan dunia politik maupun sesuatu yang berkaitan dengan ideologi-ideologi seperti itu. lantas mengapa aku bisa terjun di ormex ini?

Singkat cerita, alasan aku masuk ormex ini katakanlah ormex A karena rasa penasaranku terhadap ormex A. aku berbeda dari kader lain yang diajak atau dipengaruhi kating buat join. aku tidak berpikir panjang ketika ingin memutuskan untuk masuk di ormex A. aku tidak terlalu mengetahui seluk-beluk ormex A berdiri.aku hanya membaca sekilas beberapa informasi ringan seperti pendiri, tempat dan kapan berdirinya. oh iya faktor dari rasa penasaranku itu juga berasal dari kakak laki-laki ku yang notabene sudah bertahun-tahun menjadi anggota dari ormex A. aku melihat kakakku sering demo memakai atirbut ormex A. untuk orang sepertiku yang pada saat itu masih SMA, aku excited melihat itu. Aku berkomitmen akan ikut ormex ketika masuk kuliah. dan ya, akhirnya aku resmi jadi "kader".

Selama aku menjadi kader atau anggota, bisa dibilang aku anggota yang semi-aktif. kadang aktif kadang pasif. pengalamanku setelah mengikuti training, ngga tau kenapa kayak rasa percaya diri itu muncul berlebihan wwkwk. Aku mengikuti training sekitar 1 tahun yang lalu. Apa yang aku dapat dari training tersebut? "materi yang terlupakan beberapa hari kemudian". Aku sempat heran  melihat kader senior yang lain serasa memaknai arti ormex ini. paham ngga yang ku maksud? ya begitulah.

Jujur, di dalam organisasi ini banyak sekali anggota yang berprestasi dan memilki kelebihan tersendiri. mulai dari cara berbicara, berpikir hingga berdiskusi. selain itu, kader disini juga menduduki beberapa jabatan di ormawa kampus. that's why itulah salah satu faktor aku merasa insecure wwkwk. kek merasa butiran debu gitu. Dulu, eh engga, baru-baru ini sebenarnya aku merasa jenuh, ingin "pasif" sampai akhir kepengurusan. but, i can't.  aku tidak tahu alasannya mengapa. mungkin insecure itulah salah satu faktornya. aku merasa tidak "pantas" di organisasi ini karena kembali lagi banyak sekali kader yang mumpuni istilahnya. memang bisa dijadikan inspirasi, namun mental seseorang itu berbeda-beda dan aku merasa masih jauh sekali dari kata "pantas". masih ingin memantaskan diri wkwk.

Dann bagaimana akhirnya?

Aku tetap lanjut. sekarang aku diberi amanah untuk menduduki salah satu jabatan di ormex ini. untuk saat ini, aku masih belum mempunyai gambaran mau bagaimana untuk kedepannya. tapi satu hal yang  pasti, aku tetap berusaha semampu ku untuk melakukan yang terbaik.

eh tadi katanya jenuh thor? kok lanjut? 

I still don't know :(

Bantu aku mencari jawaban!

Share: