Wednesday, 21 October 2015

Contoh Cerpen Cinta



Kali ini saya akan memberi postingan terbaru yang saya buat tentang Contoh Cerpen Cinta.

Karya : Linggar Tyas Elmayda

TETES AIR MATA PERTAMAKU UNTUK NATAN

                Sebatang pensil kayu sudah melekat ditanganku. Oretan-oretan kecil memenuhi selembar 
kertas buramku. Konsentrasi penuh untuk menjawab beberapa soal. Hening, tak ada satu katapun terdengar dari mulut kecuali Natan. Bocah yang sok pinter, nyebelin dan jahil. Duduk didepan Natan membuatku sangat terganggu oleh ocehannya
                “ Ssstt ... sstt ... sstt (Natan mendorong kusriku)
                “Apa?” jawabku lirih
                “Nomor  10 gimana?” (Natan menunjukkan kertasnya)
                “Gak tau”
                “Belom”
                “Bohong”
                “Belom ya belom”
Natan tidak lagi menggangguku. Aku kesal dengan Natan. ‘Tak bisakah dia mengerjakan sendiri’ Batinku. “Anak-anak waktu tinggal 10 menit harap yang sudah selesai diteliti lagi sebelum dikumpulkan” Ujar Pak Malik guru kelas 6 SD disekolah kami. Aku ber-yaa kecewa kurang 10 menit lagi waktu selesai. Hanya sedikit sentuhan kecil untuk menyelesaikannya. Aku bergegas menulis, mengisi satu demi satu soal yang kosong. Aku lagi-lagi harus konsentrasi penuh satu soal yang rumit sedan menghadangku. ‘Satu soal lagi aku menyelesaikannya’ Batinku
SREK ...                 dorongan kursi dari Natan aku hiraukan
SREK ...                 dorongan kursi lagi dari Natan membuatku semakin terganggu
SREK ...                 tiga kali dorongan dari natan membuatku teriak dan bangkit dari kursi “ APA?”
Serontak semua teman seketiaka menoleh kearahku, Pak Malik pun juga ikut-ikutan.
“ Hei kau Mila kenapa teriak-teriak. Ulangan kau sudah selesai belum ?” Ujar Pak Malik
“Udah Pak, ini Natanganggu saya pak .” Aku mendengus sebal
“Sudah-sudah kembali duduk .” sahut Pak Malik
Aku kembali duduk dan melotot kepada Natan yang sedang meletakan pensil kedalam mulutnya. Reaksi dia apa coba? Hanya menjulurkan lidah kemudian mengolok-olokku? Ah ini membuatku sangat ingin memukulnya.
                Waktu istirahat pun tiba anak-anak kelas 1-6 mulai memenuhi kantin. Kantin kami tidak begitu besar layaknya di TV, hanya dua bangunan kecil yang menjadi kebutuhan jajan kami.
“ Hei kau Mila” Natan menghadangku, aku menghiraukannya hanya menoleh sedikit lalu berjalan lagi.
“Hei kau budek apa?” Teriak Natan. Aku menghiraukannya lagi dan mulai berjalan menuju kelas.
“ Mil, kau dipanggil Natan” ujar Tania teman dekatku
“Ah biarin”
“Hei Mila tunggu sebentar” Ujar natan
“Apa?”
“eh aku...”
“ Kau mau ngomong apa tidak? Kalau tidak aku pergi”
“eh tunggu” Sahut Natan
“ Aku mau bilang kalau besok aku ikut Olimpiade Siswa Nasional olahraga, kau mau tidak meliatku besok?
“Kau mau aku nonton kau? Ha..ha...ha. Apa aku tidak salah dengar Natan si bocah nakal se sekolahan ini ikut olimpiade?
“Ehgrh, gini-gini aku juga pintar”
Aku nyengir. “Emang dimana tempat olimpiadeenya?” Tanyaku
“Kau mau lihat? Tempatnya di lapangan ceria dekat RS. Citra Indah kau tahu?” Natan semangat memberitahuku.
‘Kenapa harus aku yang kau suruh untuk lihat? Tino ada, si ngupil Dani juga ada, kau suruh bocah itu aja gampang kan?”
Natan hanya diam tidak menjawab pertanyaanku. Ia langsung bernjak pergi. Aku hanya terdiam heran. Ada apa dengan bocah ini? tak sperti biasanya.
                Waktu demi waktu berlalu olimpiade yang diikuti Natan tib. Aku bersia untuk berangkat ke sekola. Dari kejadian kemarin itu Natan tidak seperi biasanya menjahiliku. Sesampainyaaku disekolah, aku menemukan sepucuk surat beramplop biru tak bertuliskan nama tergeletak dimejaku aku heran surat darimana ini? Perlahan aku membukanya tulisan hitam berantakan tertulis dikertas`
Hai Mila, tak bisakah kau menghadiri olimpiadeku? Jujur aku ingin kau disini, kau tahu? Mengapa aku selalu menjahilimu ? karena aku baru tahu dekat denganmu itu membuat aku terasa nyaman.”
Aku terdiam. Pikiranku kosong. Apa yang dimaksud nyaman? Ah ini hanya gurauan Natan aku tidak akan mempercayainya. Tapi aku berpikir dua kali mengapa aku harus datang keolimpiadenya, haruskah aku kesana? Tidak berpikir lagi aku bergegas keluar kelas menaiki sepeda ontel milikku, aku menghiraukan ocehan dari Tania yang menyuruhku untuk kembali. Aku terus menggayuh dan menggayuh. ½ jam belalu aku sampai, ku geletakkn sepedaku dan bergegas lari menuju lapangan. Disitu terlihat piala-piala mengkilaukan mata. ‘Ah iya aku kesini untuk Natan bukan untuk piala’. Tiba-tiba seseorang menghampiriku. Aku heran siapa dia?
“Kau Mila?” tanya seseorang itu
“iya aku Mila” Jawabku
“Natan memintamu untuk menemuinya di di ujung sana!”
Tanpa menjawabnya, aku berlari keujung lapangan. Natan menungguku disana
“Kau datang Mila?” Tanya Natan
Aku nyengir. “ya, aku datang, huh rasanya aku ingin memukul ku.”
Natan tertawa kecil, “aku sudah dapat piala ini.”
“kenapa kau berikan piala ini kepadaku?” tanyaku
“aku akan pergi”
“kau mau pergi kemana?”
“aku mau pergi ketempat yang jauh. Kau tak akan tahu kemana, hanya piala ini yang kujadikan kenang-kenangan untuk kau, ku harap kau menerimanya!”
Aku menerim piala itu dari Natan. Emtah apa yang dimaksudnya? Pergi jauh? Ah mengapa aku memikirkannya ia ahnya gurau saja.

                Waktu olimpiade itu berlalu setelah natan bilan kepadaku dia akan pergi jauh aku baru mengerti apa yang dia katakan. Natan telah pergi jauh meninggalkanku. Hanya piala ini yang menjadi kenangan dari Natan. Hari itu juga aku meneteskan air mata.
Share:

0 comments:

Post a Comment